Mendekati usia 30 tahun, masih
tinggal dengan orangtua, kerja freelance
dan belum memiliki pasangan bukan perkara yang mudah (bagi saya).
Rasa “sepi” dan “sendiri” sudah
jadi teman sehari-hari.
Kadang saya merasa tidak bisa terlalu
terbuka mengenai pekerjaan saya dan perasaan saya ke orangtua, karena ketika
saya cerita tentang pekerjaan, tanggapannya “kok bisa begitu ya?” atau kalau
saya mengeluh capek tanggapannya “kan kamu sendiri yang pilih profesi itu” atau
“setiap pekerjaan pasti ada capeknya”. Saya tau. Namun saya kadang butuh
mengeluh dan saya berharap juga sih tanggapannya bisa membuat saya merasa lebih
lega. Kadang saya merasa ‘tidak nyambung’ ngobrol atau ‘tidak lega’ ketika
bercerita dengan orangtua di rumah. Kadang juga merasa tidak ingin menambah
beban mereka dengan cerita saya sehingga saya memilih untuk tidak cerita. Kadang
lho, bukan selalu.
Bekerja freelance pun membuat saya merasa kesepian karena saya tidak setiap
hari bertemu dengan rekan kerja. Terlebih lagi pekerjaan saya sebagai psikolog
yang tidak memungkinkan saya berinteraksi dengan rekan kerja saat saya bekerja.
Soalnya ketika saya bekerja, saya berinteraksinya dengan klien. Hahaha. Jadi
memang bergaul atau hahahihinya pasti di luar jam kerja. Sekali lagi, bukan
berarti tidak ada yang bisa saya nikmati dari pekerjaan saya.
Belum memiliki pasangan juga
sering membuat saya merasa kesepian. Entah ini bisa dijadikan salah satu
penyebab kesepian atau tidak. Tapi saya merasa (atau berharap ya?) kalau saya
punya pasangan yang sebaya dengan saya dan cocok dengan saya, mungkin saya dan
dia bisa berbagi cerita. Bisa manja-manja (lha?). Karena di usia hampir 30 lalu
minta manja-manja ke orangtua biasanya membuat saya disebut ‘bayi besar’.
Gimana dong, saya kan punya kebutuhan akan afeksi (curhat maksimal). Hahahaha.
Hal yang membuat saya merasa
senang adalah ketika diajak ketemuan
atau jalan-jalan oleh teman-teman yang (saya rasa) dekat dengan saya. Karena
ketika bertemu teman, tema obrolannya bisa serupa. Bisa ketawa-ketawa. Tanggapannya pun sering kali membuat nyaman.
Saya merasa dimengerti.
Maka ketika saya merasa kesepian dan sendiri, saya berharap
ada teman yang mengerti bahwa saya butuh ditemani.
Oh, atau mungkin saya nya yang
perlu proaktif mendatangi teman atau minta ditemani.