Sunday, March 1, 2020

Kalau Saya Pulang

Kalau saya meninggal, bagaimana perasaan ibu? Bagaimana perasaan ayah? Bagaimana perasaan adik-adik? Bagaimana perasaan sahabat-sahabat?

Kalau saya meninggal, saya akan dikenang sebagai pribadi yang seperti apa?

Kalau saya meninggal, adakah yang akan mendoakan saya? Mengirimkan lentera yang menerangi kubur saya, mengirimkan rasa damai dalam tidur panjang itu. Bagaimana kelanjutan perjalanan saya setelah itu?

Apakah saya akan pulang dalam keadaan husnul khotimah? Apakah saya akan pulang dalam keadaan bersih dari dosa? Apakah saya akan pulang dalam keadaan diampuni Allah? Apakah amal saya diterima? Apakah orang-orang yang pernah tersakiti oleh saya sudah memaafkan saya? Apakah orang-orang yg saya pernah berhutang padanya akan mengikhlaskan hutang saya?

Sebagai manusia yang rapuh, bahkan kadang disebut penyakitan, saya kadang berpikir tentang sakit dan kematian.

Sekali waktu (dulu) rasanya kematian hampir datang. Tapi ternyata belum waktunya ia menjemput. Entah kapan ia akan betul-betul datang menjemput.

Saya jadi berpikir apa yang penting untuk disiapkan untuk menyambutnya? Apa yang mau dan perlu saya lakukan sebelum ia datang?

Tolong maafkan saya ya kalau saya ada salah kata atau perbuatan :(

Thursday, January 23, 2020

Tidak Diundang

Tahun 2019 penuh dengan wisuda orang-orang yang saya sayangi. Ade, Abang, Ibu. Bahagia sekali melihat orang yang saya tahu kerja kerasnya...yang saya bersamai... akhirnya sampai ke titik wisuda :)

Beberapa hari yang lalu, saya dapat cerita bahwa sebentar lagi di UI akan ada wisuda semester ganjil. Wow. Happy. Momen wisuda selalu membahagiakan. Senyuman orang dan bunga ada dimana-mana.

Lalu tiba-tiba saya teringat....ada 1 wisuda yang sangat ingin saya hadiri, namun tidak saya hadiri. Not because I can't, but because I wasn't invited. Not even notified.
Sedih lho :')

Mengingat hal itu membuat saya menangis sebentar. Bertanya-tanya kenapa saya tidak diberi kabar (mungkin karena kehadiran saya tidak diharapkan), merasa kehilangan teman, kemudian sempat juga merasa saya itu tidak berarti apa-apa sehingga semudah itu disingkirkan. Merasa bodoh juga karena berharap terlalu dini.

Semua rasa dan pikiran irasional itu tiba-tiba aja datang tanpa diundang. Hahaha. Lalu... saya biarkan rasa itu hadir utuh dan lewat :) Di saat yang sama, saya berulang kali meyakinkan diri bahwa "Pasti ada alasan baik di balik pengalaman itu".

Ngga ada masa lalu yang bisa diubah. Dijalani saja yang ada di sini-kini. Rasional saja. Dan saya berusaha terus meyakini bahwa "Apa-apa yang ditakdirkan untuk melewatkan saya akan lewat, sementara yang ditakdirkan untuk hadir tidak akan melewatkan saya."

Tuesday, January 14, 2020

Building a wall

She was broken then she decided to build a wall.

Through night and days, she built herself inside that wall. Six (6) years after the day she was broken, she felt like she was strong enough to face whatever it is behind that wall...so she tested herself.

She got out of the wall. And suddenly strucked by something sooo beautiful. She felt the resurgence of a fresh feeling of love, cheerful air around specific person.

Nevertheless, she was told to be careful not to be swayed, but she didn't do as warned.
...

Things end up in her being in pain and she got left behind.

So, she decided to build a better wall. Stronger and taller. She is busy building herself inside, but still not ready to get out of the wall. Too afraid of who might come and what might happen.
...

Regarding the wall,
this time, only the strong one will be able to go through the wall or witty enough to be able to see a little door somewhere around the wall to get inside.