Saya senang sekali jalan-jalan.
Jalan-jalan merupakan hal yang dapat membantu saya melepas stress, menyalurkan
energi saya dalam bentuk aktivitas fisik, dan memuaskan rasa ingin tahu
terhadap berbagai hal baru 😊 Pokoknya hampir selalu happy deh kalo
jalan-jalan. Nah, kalau saya bilang mau jalan kesini, kesana, kesitu, Ibu saya
pasti akan bilang “Jalan-jalan melulu, kapan haji nya?”. Atau bahkan ketika
saya bilang saya bercita-cita ke Jepang, Ibu saya bilang “Cita-cita kok ke
Jepang… Cita-cita itu pergi haji!”
Yah, gimana ya Mak. Saya juga
punya cita-cita pergi haji kok, tapi ngga terucap aja ke Mak.
Perasaan saya campur aduk saat
itu. Ketika saya cerita ke teman saya, dia bilang “Buat apa mempertentangkan
hobi dan kewajiban pergi haji bila mampu? Pergi haji itu kan usahanya bisa
dicicil. Yaudah cicil aja dulu.”
Saat itulah saya mendapat
pencerahan bahwa saya perlu segera mencicil usaha pergi haji. Langkah awalnya
adalah membuka tabungan haji. Ya gak. Yang penting ada niat, cicil menabung,
sambil menyeimbangkan hidup. Hehehe.
Sebelum buka tabungan haji,
tentunya saya riset dulu mengenai tabungan haji yang ada di Indonesia. Pilihan
saya jatuh ke Bank Syariah karena ingin memulai ibadah ini dengan baik. Meski kata
ayah Bank Syariah di Indonesia itu ngga ada yang murni syariah, paling tidak
saya mencoba.
Untuk membuka tabungan haji, dokumen
yang perlu dibawa antara lain:
- KTP Asli,
- NPWP asli (kalau tidak punya, tidak apa-apa, nanti akan dibuatkan surat keterangan tidak punya npwp), dan
- Fotokopi Kartu Keluarga.
Selanjutnya, setelah baca
berbagai artikel di internet, pilihan saya jatuh ke BRI Syariah.
Leaflet Tabungan Haji BRI Syariah |
Yang bikin saya
tertarik untuk menabung di BRI Syariah adalah:
- Gratis biaya administrasi tabungan,
- Tabungannya TIDAK BISA diambil kapan saja. Awalnya kaget sih (beneran deg-deg-an) ketika Mba CS mengonfirmasi hal tersebut. Tapi setelah mikir…karena niatnya untuk haji, baguslah kalau ngga bisa diambil kecuali untuk urusan haji. Lalu saya tanya, kira-kira kalau saya meninggal di tengah masa menabung, bagaimana? CSnya bilang, kalau jumlah tabungannya belum sampai 25 juta nanti bisa tutup rekening haji BRIS dan uang tabungan akan diberikan pada ahli waris; kalau jumlah tabungan sudah sampai 25 juta dan sudah dapat nomor porsi haji, berarti harus urus dulu ke Depag (akan makan waktu kurang lebih 1 – 2 bulan), lalu urus penutupan rekening di BRIS, dan uangnya akan diberikan ke ahli waris. Tenang deh setelah dengar keterangan tersebut.
- Ada asuransi jiwa dan kecelakaan (biaya asuransi jiwa dan kecelakaan yang ditanggung mungkin hanya berlaku saat berhaji saja, saya lupa tanya detail mengenai hal ini).
Terus terang, pelayanan saat saya
datang tergolong agak lama. Untuk 3 orang yang mengantri (termasuk saya) saya
perlu menunggu sekitar 40 menit. Hahaha. Begitu giliran saya membuka tabungan,
saya diminta untuk mengisi 2 berkas (yang kayanya bisa deh diisi selagi
menunggu giliran). Di salah satu berkas yang saya isi, ada kolom "Potongan zakat 2.5% dari nisbah" dengan pilihan jawaban "Ya" dan "Tidak". Kalau kita pilih "Ya" artinya nisbah (uang bagi hasil) akan dipotong secara otomatis. Yang dipotong hasil bagi hasilnya saja, jadi uang
yang kita tabung ngga akan dipotong. Berhubung saya ga paham-paham amat apakah
potongan zakat dari nisbah itu wajib atau ngga, saya pilih “Iya”. Saya pikir enak
juga ga perlu pusing itung zakatnya. Yowis otomatis aja. Setelah isi-isi dan
tanda tangan…
Alhamdulillah! Akhirnya JADI juga
Marina buka tabungan haji. Yeaaay. Di akhir sesi bikin tabungan, Mba nya bilang
semoga berkah. Saya jadi merasa “adem” dan mengaminkan doa si Mba CS.
Sekian dulu cerita hari ini. Doain
saya ya semoga saya beneran bisa pergi haji. Kalau bisa sih berangkatnya
bareng pasangan x)
Aamiin-in aja ya pemirsah.
Hehehe.