Hai Anda!
Terima kasih sudah jadi sebab senyum, tawa, bahagia, dan tentunya tangis di 2019 ini. Terima kasih juga sudah menyadarkan bahwa hati saya terlalu lembut dan terlalu mudah tersentuh. Mungkin tidak seharusnya seperti itu, ya? Hiks.
Saya ngga akan lupa, betapa menyenangkannya berada dekat Anda. Cerita dan tertawa bersama sepanjang jalan pulang. Makan sate padang yang saya mau padahal sebenarnya Anda nggak suka. Melihat pendar lampu Taman Mini malam hari meski sejenak. Menyusuri jalanan UI di pagi hari. Lain kali saya akan pakai baju lebih manis. Sehingga tampilan saya tidak seperti nenek-nenek. Hiks.
Dan terakhir, terima kasih atas selimut dan kartu doanya :) Will keep it forever.
Seandainya semua kebaikan Anda tidak sebatas balas budi, mungkin hari ini kita tidak bahagia sendiri-sendiri.
Tuesday, December 31, 2019
Tuesday, October 22, 2019
Apa Kabar?
Apa kabar?
Sekali waktu kita perlu tanya
kabar kita pada diri kita sendiri :) Berandai-andai seperti ada yang menanyakan
hal tersebut pada kita.
Pada postingan ini, saya ingin
menuliskan apa yang akan saya katakan jika ada yang bertanya “Apa kabar?”
Belakangan ini, secara umum, saya
baik-baik saja. Saya masih terbangun dalam keadaan sehat dan utuh. Pagi saya terasa
nyaman karena saya masih bisa memeluk ibu sebelum berangkat kerja dan
berpamitan pada ayah. Adik saya juga baik baik saja.
Ada momen momen dimana saya
merasa sedih. Karena timbul rasa ‘kehilangan’. Bukan sekedar kehilangan orang
yang sebelumnya diharapkan, tapi juga kehilangan teman bicara. Teman yang bisa
diajak bicara seeepanjang perjalanan dan se-nyambung itu.
Ada momen momen dimana saya
merasa sedih tapi enggan bercerita karena khawatir akan merepotkan. Khawatir
karena ceritanya “itu itu lagi”. Untuk itu, saya memilih untuk menangis sendiri
di kamar sambil mengusap air mata dengan handuk. Hahahaha. Kemudian saya tutup
dengan wudlu dan sholat. Bermunajat pada yang memiliki hati saya (kita). Minta
diangkat sedihnya dan diganti dengan kebahagiaan.
Menangis di hadapan Allah
belakangan ini menjadi hal yang melegakan meski seringkali tidak langsung mendapat
jawaban. Tapi paling tidak pagi hari keesokannya saya terbangun dalam keadaan ringan.
Bagaimana kalau sedih saat sedang dalam perjalanan? Saya usahakan untuk
berdzikir. Bener-bener dzikir. Dan hal itu membuat saya lebih tenang.
Last but not least,
Saya ingin mengutip kata @drheidigreen
Time doesn’t heal all wounds.
Doing the work does.
Doing trauma work is like being
trapped in a burning, windowless room. Choose to do nothing, you will be
consumed by the flames.
Run through the fire and out the door, you will feel immense pain, but in the end, you heal and get to live on.
Run through the fire and out the door, you will feel immense pain, but in the end, you heal and get to live on.
You have to feel it to heal it :)
Monday, October 14, 2019
Surrounded by Pretty Souls
Alhamdulillah.
Ngga ada kata yang lebih tepat
untuk mengungkapkan syukur saya yang amat sangat karena dikelilingi oleh
orang-orang berjiwa baik.
Orangtua, adik-adik, dan
sahabat-sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Yang membantu saya melewati berbagai
fase hidup, terutama saat sedang merasa “di bawah”.
Beberapa waktu ini saya sedang
mengalami patahati. Hahahaha. Nah, kalo udah urusan begini, ngga enak deh.
Takes quite a lot of time to heal. Tapi yang saya syukuri adalah hadirnya
sahabat-sahabat saya. Mereka hadir dengan cara mendengarkan dan menghibur. Ada
yang langsung kirim satu paket coklat dkk. Ada juga yang begitu tau saya ada
niat umroh langsung ngirim mukena dan gamis (dan mukena sama gamisnya pas
banget dengan yang saya idamkan). Ada juga yang ketika saya bilang saya merasa
jelek dan pengen ubah penampilan langsung nawarin nemenin beli baju cakep. Ada
juga yang setiap saya datangi kosannya siap sedia mendengarkan dan memberi
sudut pandang objektif. Ada juga yang ngecek-in “gimana perasaan lo hari ini?”.
Huhu.
I’m so happy that I am surrounded
by pretty souls.
Thank you for being around :) Barakallah
pretty souls!
Wednesday, September 25, 2019
Hello Again! InsyaAllah Umroh!
Hai :)
Ya Allah, ngga terasa sudah 1 tahun tidak menulis blog. Mungkin karena belakangan ini saya menulisnya di instagram. Hehehe. Pada postingan ini, saya ingin cerita tentang pengalaman mengurus persiapan umroh.
Bermula dari obrolan saya dengan ibu mengenai ibadah haji. Ayah saya yang sudah tergolong lansia belum pernah ke Tanah Suci sama sekali. Mau diberangkatkan haji, beliau tidak mungkin sendiri dan harus pakai skema Haji Plus supaya tidak menunggu antrian terlampau lama. Tapi kalau tidak sendiri, kami tidak kuat menanggung biaya (maklum, Haji Plus biayanya 100 juta-an/ orang). Jadi, saya dan ibu terpikir bahwa jalan tengahnya adalah umroh. Kalau umroh, insyaAllah udah ada uangnya untuk berangkat berdua.
Bismillah.
Saya langsung mencari travel umroh dengan cara googling dan meminta rekomendasi dari teman/saudara yang sudah pernah umroh. Saat googling, saya cari travel umroh yang kantornya di daerah Jakarta Timur. Ada beberapa yang masuk list pencarian saya, kemudian saya cari nomor PPIU travel-travel tersebut di website https://simpu.kemenag.go.id/.
Alhamdulillah yang ada di list saya semua ada nomor izinnya. Dan...akhirnya saya memilih datang ke kantor salah satu travel umroh di Cawang Otista. Sambutannya ramah dan baik sekali. Tapi kemudian, saya mendapat rekomendasi travel AliaGo dari Om dan sahabat saya. Mereka bilang manajemen saat umrohnya tergolong rapi. Wah, tanpa pikir panjang, langsung saya googling si AliaGo ini. Alhamdulillah juga kantornya AliaGo reachable dari kantor, yaitu di Mall Cipinang Indah. Ga lama, langsung saya datangi tu kantornya. Hehe.
Ternyata sedang ada promo umroh dengan pesawat Flynas di AliaGo. Harga paketnya 22 juta ditambah biaya perlengkapan Rp 990.000 dan visa umroh $80. Jika dijumlahkan, biaya totalnya sekitar 24 juta-an, atau saya bulatkan saja jadi 25 juta. Pas deh dengan budget saya dan ibu.
Kalau sudah yakin mau pilih travel tersebut, kita perlu menyerahkan beberapa berkas dalam bentuk hard dan soft.
Beberapa persyaratan yang harus diserahkan dalam bentuk hardcopy antara lain:
1. Paspor,
2. Buku kuning (bukunya seperti paspor berisi bukti bahwa kita sudah suntik vaksin meningitis),
3. Pas foto 2 lembar.
Sisanya boleh diserahkan dalam bentuk softcopy, yaitu:
1. Fotokopi KTP,
2. Fotokopi KK,
3. Fotokopi Akte Lahir (Ini wajib ada apalagi untuk jemaah perempuan karena perlu berangkat sama mahram). Dalam pengalaman saya, karena saya (insyaAllah) berangkat dengan Ayah, jadi Ayah saya yang jadi mahram saya.
4. Fotokopi Buku Nikah (Jika ada). Kalau saya, belum ada..... (kemudian galau. hahahaha)
Setelah memilih travelnya, saya kemudian mencari lokasi untuk suntik meningitis. Pilihan saya jatuh ke RS Budhi Asih di Jalan Dewi Sartika. Kenapa kesitu? Kebetulan karena ada teman yang posting tentang ketersediaan vaksin tersebut di situ dan karena deket aja sama kantor. Hehe. Proses suntiknya pun mudah.
Saya datang pagi-pagi jam 7. Kemudian mengambil nomor antrian untuk Umum (dibantu satpam). Setelah itu saya mengantri di loket. Biaya administrasi pasien barunya Rp 20.000 dan ini dibayarkan di kasir loket. Dari kasir loket, saya diarahkan untuk ke ruang MCU di Lantai 7. Nah, di Lantai 7 inilah saya baru bayar biaya vaksinnya yaitu Rp 305.000. Saat itu, saya ditawarkan paket promo bundling vaksin meningitis plus influenza seharga Rp 450.000. Tergoda lah saya... Hahaha. Soalnya saya cukup mudah kena flu. Jadi yaudah saya pilih yang paket saja.
Alhamdulillah (lagi) prosesnya cepat. Poli MCU nya tidak terlalu ramai pengunjung. Sehingga jam 8.00 saya sudah selesai vaksin sekaligus mendapatkan buku kuning. Yeay! Happy!
Gitu deh... Alhamdulillah. Mungkin ini ya yang namanya jodoh. Wakakak. Segala sesuatu jadi mudah. Lancar jaya. Ya Allah, semoga urusan ini terus dipermudah sampai nantinya saya dan ayah bisa umroh. Kemudian kembali ke rumah dengan selamat. Buat yang baca ini, mohon doanya ya :D
Terus, buat yang baca ini tapi belum umroh, semoga Allah mudahkan untuk umroh atau bahkan haji! Aamiin YRA.
Salam,
Marina.
Subscribe to:
Posts (Atom)