Apa kabar?
Sekali waktu kita perlu tanya
kabar kita pada diri kita sendiri :) Berandai-andai seperti ada yang menanyakan
hal tersebut pada kita.
Pada postingan ini, saya ingin
menuliskan apa yang akan saya katakan jika ada yang bertanya “Apa kabar?”
Belakangan ini, secara umum, saya
baik-baik saja. Saya masih terbangun dalam keadaan sehat dan utuh. Pagi saya terasa
nyaman karena saya masih bisa memeluk ibu sebelum berangkat kerja dan
berpamitan pada ayah. Adik saya juga baik baik saja.
Ada momen momen dimana saya
merasa sedih. Karena timbul rasa ‘kehilangan’. Bukan sekedar kehilangan orang
yang sebelumnya diharapkan, tapi juga kehilangan teman bicara. Teman yang bisa
diajak bicara seeepanjang perjalanan dan se-nyambung itu.
Ada momen momen dimana saya
merasa sedih tapi enggan bercerita karena khawatir akan merepotkan. Khawatir
karena ceritanya “itu itu lagi”. Untuk itu, saya memilih untuk menangis sendiri
di kamar sambil mengusap air mata dengan handuk. Hahahaha. Kemudian saya tutup
dengan wudlu dan sholat. Bermunajat pada yang memiliki hati saya (kita). Minta
diangkat sedihnya dan diganti dengan kebahagiaan.
Menangis di hadapan Allah
belakangan ini menjadi hal yang melegakan meski seringkali tidak langsung mendapat
jawaban. Tapi paling tidak pagi hari keesokannya saya terbangun dalam keadaan ringan.
Bagaimana kalau sedih saat sedang dalam perjalanan? Saya usahakan untuk
berdzikir. Bener-bener dzikir. Dan hal itu membuat saya lebih tenang.
Last but not least,
Saya ingin mengutip kata @drheidigreen
Time doesn’t heal all wounds.
Doing the work does.
Doing trauma work is like being
trapped in a burning, windowless room. Choose to do nothing, you will be
consumed by the flames.
Run through the fire and out the door, you will feel immense pain, but in the end, you heal and get to live on.
Run through the fire and out the door, you will feel immense pain, but in the end, you heal and get to live on.
You have to feel it to heal it :)
Kalopun ceritanya itu lagi-itu lagi, aku masih di sini yaaa :)
ReplyDelete